Sungguh istimewa, akhirnya sajak-sajak karya Mao Ze Dong untuk pertama kalinya dapat dituangkan ke dalam bentuk buku berbahasa Indonesia. Bukan ideologi Mao atau metodologi penerjemahan Soeria yang ingin kami sadur, melainkan cara kami sama-sama memahami arti kata "perjuangan menembus batas".
Terlepas dari silang sengketa seputar pandangan Mao, kami berpandangan bahwa Soeria Disastra telah berhasil membawa sajak-sajak dalam buku ini menjadi suaranya sendiri, untuk merentangkan titian dari ketidakpahaman ke pemahaman, dari keterasingan ke perkenalan, dalam sebuah upaya untuk menumbuhkan penghargaan atas budaya apa pun, pemuliaan terhadap martabat kemanusiaan siapa pun, yang berdiri di muka bumi ini.